Pikiran yang pertama muncul : permainan hormon neh. Memang sudah dekat-dekat tanggalnya mau 'dapet', jadi mungkin jantung harus memompa darah lebih kuat karena ada perdarahan fisiologis.
Pikiran kedua yang lebih ekstrem : apa saya menderita kelainan jantung dini? Tapi masa tiba-tiba muncul? Pas periksa diri sendiri dengan stetoskop, hmm.. dengar detak jantung rasanya normal biarpun lebih cepat dari biasanya.
Akhirnya dibawa tidur saja. Pagi ini, masih berasa deg-degan, tapi karena sibuk praktek dll dari pagi, berusaha agar tidak dirasa-rasa. Siangnya pas ngecek, eh .. bener .. sudah keluar darahnya. Udah dapet. Biasanya kalau sudah dapat, detak jantung balik ke normal, tapi kok malah makin gak keruan?
Hmm ... bingung. Apa saya memendam sesuatu ya, seperti dulu waktu masih kuliah? Kalau sudah memendam rasa marah dan emosi, biasanya fisik saya bakal sakit. Tapi kok rasanya berbeda?
Pengen gak dipikirin, malah makin kepikiran. Akhirnya tidur siang, dengan harapan akan membaik.
Pas bangun, boro-boro membaik, rasanya tetap sama.
Gak sengaja, mata tertumbuk dengan buku Joshua Harris 'Boy meet Girl'. Mulai baca-baca sana sini secara ngasal. Dann... ketemu deh apa yang bikin perasaan gak enak.
Memaksa supaya Tuhan mengikuti kemauan kita.
Flash back dulu ke belakang. Dalam enam bulan terakhir ini, saya sedang mengalami apa yang disebut crush sama satu cowok. Awalnya cuma rasa tertarik biasa karena ini orang pinter ngebanyol, komentarnya pas, baik juga, dan rasanya menghargai ce. Tapi hanya itu aja, nothing more.
Sampai suatu saat kami terlibat dalam percakapan serius soal masa depan dan teman hidup. Dari situ mulai, crush berubah jadi 'serious crush'. Jawaban doi itu benar-benar pas dengan jawaban gue, mulai dari A sampai K, dan saat itu, gue menyadari salah satu arti soulmate. Orang yang punya soul sama dengan kita. Di situ, saya menyadari, saya tertarik sangat dalam dengan soulnya. Saya merasa, nih orang bakal bisa mengerti kesedihan, kemarahan, rasa sakit karena dia pun mengalami hal yang sama. Di situ, saya mulai merasa trust sama orang tersebut, dan percaya kalau dia gak bakal menyakiti hati saya karena dia tahu rasanya tersakiti itu seperti apa.
Selain itu, saya merasa ada teman yang sama-sama 'weird'. Saya yang seperti itik buruk rupa dalam keluarga dan beneran deh, rasanya gak enak berbeda itu, makanya harapan saya tuh pasangan saya bisa seperti saya sehingga saya tidak mengalami rasa tertolak lagi. He's more myself than I am. Seakan soulnya itu sama. Dan di situ, saya sudah agak buta tanpa melihat fakta lain, fakta yang jelas-jelas bertentangan dengan firTu.
Awalnya ni cowo sepertinya gak ada perhatian, malah agak menjauh. Biasalaa cewe, gengsi dong kalau mendekat duluan? Tapi sejak dua minggu terakhir, entah mengapa setiap saya melontarkan satu pertanyaan dalam grup, dia mulai membalas. Dia mulai ngomong. Biasanya dari yang dicuekin, mendapat angin. Langsung deh berbunga-bunga. Dan mulai melayang.
Percakapan selama satu minggu terakhir pun, saya mulai melontarkan kata-kata di grup yang selalu berbau 'us'. Pokoknya saya seperti mewakili dia, ketika yang lain nanya. Dan dia pun sepertinya setuju aja. Makin deh berbunga-bunga.
Sampai hari ini, saya kembali melontarkan percakapan dalam grup, dan akhirnya ngobrol berdua dengan co ini (mungkin karena yang lain sibuk kerja). Dan karena mendapat angin, mulai beranilah saya untuk nyerempet-nyerempet, menunjukkan, "Ini lho, gue tuh tertarik sama elu. Pengen mengenal elu lebih jauh." Tuh co tetap membalas, tapi tidak menunjukkan 'balasan' atas serempetan gue. Dalam hati gue, y gpp laa. Pelan-pelan akan saya taklukkan dia.
Dan di situ saya mulai salah. Kesombongan bahwa saya bisa mendapatkan seorang cowo dengan kekuatan sendiri, tanpa permisi dulu sama Tuhan. Dan dalam posisi saya sebagai cewe, bukan kedudukan saya untuk mengejar-ngejar cowok, karena Tuhan membuat cowo itulah sebagai inisiator.
Dan akhirnya dibawa flash back sama Tuhan ke 7 tahun lalu, dimana karena ketergesa-gesaan saya dan persoalan 'I want him NOW', yang membuat suatu hubungan menjadi salah langkah dan malah saling menyakiti.
Yah, saya yang tidak tenang karena ingin segera mendapatkan sesuatu yang saya inginkan, tanpa melihat apa memang sekranag waktu yang tepat dan apakah dia memang cowok yang Tuhan bawa dalam hidup. Saya berusaha mendoakan cowok ini, tapi kok Tuhan malah nyuruh bawa dalam doa soal cowo yang lain? Dan di situ saya mulai menangis. Saya berkata ke Tuhan, "Aduh, udah susah banget nyari co yang soulnya sama seperti gue, masa sekarang jadinya gini? Apa gue emang kudu ngejomblo seumur hidup? Apa Tuhan gak mau lihat Cindy senang?"
Tapi ingat lagi kebaikan Tuhan, dan ingat bahwa ketika Tuhan tidak memberi sesuatu, itu karena Dia baik. Saya tidak tahu masa depan, tapi Dia tahu. Daripada perasaan atau kesenangan sesaat saya, Tuhan lebih melihat apa yang terbaik untuk saya. Dan apa yang terbaik dari Tuhan adalah kebahagiaan yang terbesar.
Kalau memang dia yang terbaik untuk saya, pasti Tuhan kasih. Apa yang bisa Dia kasih, Dia selalu berikan. Sesuatu yang tidak saya bayangkan akan saya punya, seperti mobil, bisa nonton opera sampai 2x, jalan-jalan ke sana sini aja Dia sediakan. Bagaimana bisa saya meragukan penyediaan Dia dalam soal yang lebih penting seperti pasangan hidup?
So, dari sini saya belajar kembali, dan diingatkan kembali. Waiting on God. Menunggu waktunya Tuhan. Jangan bergerak melangkah duluan, yang malah bikin keluar dari jalur. Jika memang sudah waktunya, tanpa perlu saya berusaha atau gimana, Tuhan pasti akan membawa 'yang terbaik' itu ke hadapan saya.
Semoga saya bisa sabar menunggu ... (biarpun bikin gatel menunggu gak jelas seperti ini, tapi saya mau mencoba taat pada Tuhan, karena hanya Dia yang bisa dipercaya) ..
Tetapi aku ini akan menunggu-nunggu TUHAN, akan mengharapkan Allah yang menyelamatkan aku; Allahku akan mendengarkan aku! ( Mi 7 : 7 )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
C'mon! I ' m waiting your response ... /(^o^)/ /(^o^)/ /(^o^)/