Minggu, 09 September 2012

MeNgEnAnG pHi-PhI

Sebulan sudah sejak kepergian seorang sahabat saya, Phi-phi (Peter M.Wijaya). Waktu memang berlalu begitu cepat, dan setiap mengingat akan sahabat saya, rasanya air mata sudah di pelupuk. Yup, kematian orang dekat memang menjadi salah satu hal terberat yang harus dihadapi.

Saat-saat menjelang kepergian Peter masih saya ingat dengan jelas ..

Saat itu saya baru pulang dari rumah teman sekaligus pasien. Karena teman ini enak diajak ngobrol, jadi baru pada larut malam saya pulang. Saat sampai di rumah, saya sangat heran karena banyak banget status di bb teman2 kuliah yang bilang soal "Get wel soon, Peter!" Saat itu saya hanya planga plongo keheranan. Mulai timbul rasa curiga..

Langsunglah saya bertanya ke seorang teman. Dari situ, saya mendapat kabar bahwa Peter dalam persiapan menuju operasi karena kecelakaan motor. Itu juga masih bilang, "Oh, operasi? Emang tulang mana yang patah?" (masih mikir tulang kaki or tulang tangan yang patah). Betapa kagetnya saya ketika teman saya menimpali dengan berkata tulang kranial (kepala) yang patah disertai perdarahan otak, jadi harus operasi bedah otak. Deg!

Baru saat itu merasa shock dan menyadari, betapa gawatnya keadaan Peter. Namun tetap, saat itu saya masih merasa optimis. Beriman bahwa Peter akan sehat kembali biarpun mungkin dalam kondisi yang cacat. Mengapa?
1. Usia Peter yang masih muda (seumur dengan saya yakni 26 tahun).
2. Karena sering melihat di rumah sakit, banyak pasien berhasil dalam operasi teknologi kedokteran yang begitu maju. Pengalaman pribadi sendiri mengajarkan beberapa pasien yang pernah saya rawat di rumah sakit bisa tetap hidup walaupun menderita gangguan otak otak. FYI, ada yang usianya masih balita, lho!


Pagi harinya, shock sudah agak mereda, apalagi mendengar Peter sudah selesai operasi dan saat itu masuk ruang ICU. Hal yang wajar, karena operasi itu termasuk operasi besar dan vital (otak gitu lho!) so tanda-tanda kehidupan harus dipantau terus-menerus. Namun ada satu berita yang menyentil saya. Adanya pembengkakan otak pada Peter. Hmm ... sounds not good. 

Yup, dalam ingatan saya, adanya pembengkakan otak bisa menekan batang otak. Di batang otak itu,  ada medula oblongata yang berfungsi sebagai pengendali pernafasan, sehingga otot-otot nafas bisa berkontraksi n berelaksasi. Kalau batang otak tertekan, dengan sendirinya orang gak bisa nafas, karena pusat pernafasannya terganggu.

Tapi dalam otak saya, masih terbentuk harapan positif. Ah, untuk pembengkakan otak kan bisa dikasih  kortikosteroid dan manitol untuk menurunkan tekanan intrakranial. Intinya, saya masih optimis Peter bisa bertahan hidup. Apalagi Peter adalah anak Tuhan. Pastilah Tuhan menolong..

Siang harinya, saya bekerja seperti biasa. Tampang galau sudah berubah agak ceria. Saya bisa bercanda dengan beautician di tempat kerja. Lalu mulai mengerjakan hal-hal biasa sementara menunggu pasien datang. Tidak ada pasien, jadi saya melakukan kegiatan favorit saya : tidur di kamar jaga! Sebelum tidur, saya mematikan bb supaya tidak terganggu.

1 jam kemudian, saya terbangun dari tidur ayam saya. Saat itu saya nyalakan bb, dan langsung bbm dari teman saya menerpa mata saya. "Cin, itu Peter meninggal ya?" Langsung mata yang tadinya sepet kembali segar. Masih tak percaya, saya cek status Peter (bb nya sudah diambil alih oleh cicinya). Dan benar saja! Tertulis bahwa Peter sudah berpulang.

Saat itu, kenyataan menghantam saya. Sedih? Sudah pasti! Tapi di dalam rasa sedih itu, ada rasa Kecewa juga. Mengapa Peter, yang sedang dalam masa mudanya dan sedang bersemangat melakukan segala hal, harus direnggut dengan cara demikian? Mengapa harus Peter, padahal Peter adalah seorang yang sangaat baik, Godly man, dan sangat membela Tuhan di dalam segala hal? Bahkan saat kecelakan itu, dia sedang pergi menuju rumah sakit untuk pelayanan misi, bukan untuk mendapat bayaran.

Saat itu juga saya mengingat kembali saat-saat bersama Peter......

Phi-phi. Ini adalah nama panggilan Peter. Biasanya teman-teman yang lain memanggilnya Pet, tapi untuk beberapa orang dekatnya, termasuk editor Tim Tanyadokteranda.com, memanggilnya Phi-phi. Peter sendiri senang memakai simbol 'phi' matematika dalam menulis namanya, tapi kalau dipanggil Phi-phi, dia gak suka. Karena dia gak suka, saya semakin jahil. Makin sering memanggil dia dengan sebutan 'Phi-phi"
 
Poerista. Perkenalan pertama kami di Poerista (persekutuan doa di FK AtmaJaya). Saat itu tidak pernah terpikir kalau Peter akan menjadi seorang sahabat saya. Saat itu, saya melihat Peter sebagai seorang yang suka senyum-senyum sendiri dan agak membosankan karena tampaknya pendiam. Di kelas pun, kami jarang bertemu karena memiliki kelas yang berbeda.

Perpustakaan. Kami sama-sama menyukai perpustakan sebagai tempat nongkrong favorit dibandingkan kantin atau lapangan bola. Dari situ saya mulai mengenal Peter. Ternyata kesan saya bahwa Peter adalah seorang yang kalem dan pendiam sangatlah salah total. Makin digali, Peter mampu menanggapi setiap obrolan. Dia memiliki pengetahuan yang luas (mulai dari hal rohani seperti buku-buku rohani yang baru keluar, berita dunia sampai berita kampus, tontonan bioskop, dan banyak hal lain) yang membuat dia enak sekali diajak ngobrol. Dari perpus, akhirnya kami sering pergi bareng dengan teman-teman yang lain, seperti untuk makan di luar kampus, nonton di bioskop bareng, sampai akhirnya saya sering numpang motor dia untuk pergi ke Persekutuan doa di mall terdekat.
 
Pelajaran. Yup, waktu itu ada saat-saat dimana motor diganti sepeda, dan Peter pun mulai naik sepeda ke kampus. Saat itu bertepatan dengan rasa malu saya karena tidak bisa naik sepeda, sementara teman lain bisa. Jadi minta tolonglah saya ke Peter untuk diajar naik sepeda. Tiap sore di depan kos saya, mulailah pelatihan saya ditemani salah seorang teman kos juga yang dekat dengan Peter.

Pepergian. Pernah karena diminta tolong sama nyokap, saya pergi ke sebuah perusahaan sekuritas untuk bertanya ini itu. Karena agak takut di tengah lingkungan baru, akhirnya ngajak Peter d... Datanglah saya bersama Peter dengan modal nekat ke perusahaan sekuritas buat nanya soal nanam saham, yang akhirnya gatot (gagal total) karena modalnya gede banget n uang jajan anak kuliah masih gak sanggup buat jadi modal. N Peter itu mau aja membantu teman-temannya tanpa mikir kepentingan diri sendiri. Peter mau aja membantu mengurus pin untuk Natal gereja saya, mau nungguin teman-temannya sebelum sama-sama berangkat ke persekutuan doa di mall terdekat kampus padahal statusnya nebeng ke dia.

Puisi. Tak diduga, Peter itu bisa nulis puisi, sampai kita iseng-iseng bikin battle of poetry. Soal buku yang dibaca juga mantap. Salah satu buku favoritnya adalah Alkitab.Terlihat dari ayat-ayat kutipan favoritnya yang bisa dia lantukan dengan tepat. Peter juga sangat suka membaca buku-buku rohani, terutama karangan Max Lucado, Joshua Harris, dkk. Salah satu yang sering dia bahas adalah Facing D Giants- Max Lucado.

Penulis. Biarpun tau dia suka nulis puisi, tapi sungguh kaget saya saat mengetahui ternyata dia menulis juga di Tanyadokteranda.com. Apalagi saat dia menjadi editor yang menggantikan saya karena kesibukan yang membuat saya mentelantarkan tugas editorial. Kami pun pernah mengikuti pelatihan bersama editorial, dan tak disangka, itulah saat terakhir saya bertemu dengan Peter, karena setelahnya, Peter pulang ke Jogja dan meninggal di sana.

Pelayanan n hang out. Banyak hal yang tidak diduga dari Peter. Awalnya saya mengira dia anak kos yang alim. Eh, ternyata suka jalan juga ke sana-sini. Dia sering menceritakan sudah pergi keliling Jakarta, padahal berasal dari Jogjakarta dan dengan modal motor saja ataupun diajak teman kosnya. Pandangan saya pun bergeser dari anak kos alim ke anak yang suka hang out. Eh, ternyata pandangan itu pun tak sepenuhnya benar. Tak disangka, ternyata dia pernah beberapa kali pelayanan di Rumah Singgah (rumah untuk anak-anak jalanan di Grogol). Peter juga aktif di kepanitiaan ini-itu yang bikin dia jadi banyak temen, dan suka langsung nyambar kesempatan tanpa mikir 2x. Seperti ketika waktu ada pertukaran pelajar ke Jepang, Peter langsung pergi dan pulangnya bawa oleh-oleh tentang cerita soal kaskus yang ok banget karena banyak tombol ini-itu. -_-‘

Perkataan. Peter itu pasti komen kalau dilihatnya make up yang ketebelan atau baju yang agak kurang sopan. Selalu bilang kalo ce itu kudu pake baju yang sopan, n gak perlu make up. Bahkan dia menilai ce itu wortth it untuk dijajaki dari caranya berpakaian. Kalau pakaiannya gak sopan, dia bisa langsung ill-feel. Pada satu dari sekian ultah saya, dia memberi hadiah ulang tahun berupa buku rohani, berjudul Mutiara Kehidupan Wanita, panduan untuk menjadi seorang Wanita Bijak.

Banyak sekali kenangan indah bersama dia selama 6 tahun saya kuliah di FK AtmaJaya. Jika alur waktu kuliah saya diibaratkan guntingan film foto, banyak sekali foto Peter dalam film tersebut. Salah satu orang dimana saya sering menghabiskan waktu bersama adalah Peter, n rasanya masih tak percaya bahwa Peter, yang di dalam kenangan saya selalu tersenyum dan berbicara dengan logat Jawanya, sudah tidak bisa saya temui lagi. Kematian membuat keberadaan Peter hilang dari dunia, tapi tidak bisa menghilangkan Peter, one of my bestfriend, dalam kenangan saya.  





NOTE :
7 November 2013... 
Sudah satu tahun sejak kematian Peter. Kehidupan sudah berjalan biasa baik bagi saya maupun bagi teman-teman yang mengeal dia. Namun akhir-akhir ini, ada satu kutipan yang langsung membuat saya teringat akan Peter.
"Don't die because you are old; die because you are finished"
Yup, Peter banget! Dia berpulang karena tugasnya sudah selesai. Hidupnya saya yakin gak sia-sia. Tinggal kita sebagai yang masih ada di dunia ini untuk mengerjakan bagian hidup kita masing-masing, supaya ketika kita meninggal, kita meninggal dengan tenang dan bangga karena bagian kita sudah selesai, bukan hanya karena tua ..

4 Februari 2015,..
Dalam 2 hari ini, lagi-lagi teringat akan Peter. Yup, waktu Peter gak ada, saya sudah berjanji sama diri sendiri akan hidup dengan baik, gak akan menyia-nyiakan hidup dengan jatuh cinta dengan pria yang salah, akan memilih seorang pasangan hidup yang Godly man. Dan saya gagal kali ini. Saya melihat lagi foto Peter dan kembali diingatkan soal janji saya itu.
"It's not a goodbye, Pet ... it's till we meet again."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

C'mon! I ' m waiting your response ... /(^o^)/ /(^o^)/ /(^o^)/