Jumat, 08 November 2013

Hubungan antara Kecantikan dan Kejiwaan ..

Kalau ditanya kenalan saya sewaktu masih kuliah, "Ingin jadi dokter apa?" ..  Saya langsung menjawab .. dokter spesialis kejiwaan. Bulat, mantap, tanpa mikir lagi .. Reaksi dari kenalan dan keluarga?

Mengerutkan kening ...

Mereka tak habis pikir  (keliatan dari raut mukanya)...

Dan akhirnya.... semuanya bilang hal yang sama : menyiratkan ketidaksetujuan ... Mereka takut saya ikut menjadi gila (dalam arti mengalami gangguan kejiwaan). 

Waktu pun berlanjut, saya lulus kuliah, menjadi dokter .... Ternyata malah masuk ke arah kecantikan. Padahal sewaktu kuliah, gak pernah terpikir untuk masuk kecantikan. Memang, sebagian besar teman seangkatan saya ingin masuk kecantikan, saya mah malah sibuk mendalami kejiwaan. Tapi selesai kuliah, kok rasanya Tuhan nunjukkin jalannya ke  arah kecantikan ya? Ke arah kejiwaannya gak ada tuh sedikitpun

1 tahun pun berlalu setelah masuk kecantikan... Dan makin merasa yakin di kecantikan UNTUK SAAT INI. Untuk saat ini sekali lagi saya tulis. Bisa saja untuk masa depan berubah lagi .. Who knows the future? Saya merasa demikian, sebab kok rasanya lumayan berkembang saya di bidang kecantikan .. Mulai dari keterampilan, pasien, bahkan bisnis yang saya bangun mulai merangkak pelan-pelan .. Makin ke sini makin terasa suksesnya .. Di sisi lain, seorang teman saya yang malah ingin masuk kecantikan dan berusaha jadi dokter kecantikan pada akhirnya merasa jalannya bukanlah kecantikan, sebab 2x kerja di klinik kecantikan, rasanya tidak ada hasilnya ..

Dalam hati saya bertanya-tanya, apa yang bisa saya lakukan sebagai dokter kecantikan? Tahu sendiri, dokter kecantikan itu adalah satu-satunya profesi dokter yang tidak merasa bersalah kalau menarik uang lebih dari pasien...Wong, pasien yang flu, batuk, patah tulang ... gak bakal ada yang ke dokter kecantikan. Bahkan tumor kulit pun, pasti kita rujuk ke dokter bedah. Rata-rata pasien yang datang itu orang yang sehaat .. Segar bugar, dengan permasalahan jerawat, kulit kusam, kurang bagus kulitnya ..
Biasanya juga, yang datang ke dokter kecantikan itu kalangan yang memiliki uang lebih. Karena kecantikan itu adalah kebutuhan tersier.

Rasanya dokter kecantikan itu bukanlah suatu pengabdian, tapi bisnis ... Gak ada bau dokternya sama sekali ... Di image saya waktu dulu, dokter itu menolong orang sakit. Setengah pengabdian ... Dokter kecantikan, dimana letak pengabdiannya?

Sampai pada suatu hari, ada satu pasien dateng ke saya. Sebutlah namanya Ibu W. Sebelumnya udah ada kisikan dari temannya bu W ini, kalau rumah tangga ibu W ini agak berantakan. Dan setelah ketemu saya beberapa kali, ibu W ini mulai cerita soal rumah tangganya. Suaminya selingkuh dengan perempuan lain, sampai membuat ibu W ini depresi dan stress. Dan tercetuslah perkataan begini oleh ibu W, " Dok, aku diajak sama temenku ke orang pinter X supaya suamiku balik lagi. (maksudnya balik ke dia lagi)"

Kontan saya ngomong, "Waa.. ibuu, janganlaah.. itu kan pake ilmu gak bener. Biasanya namanya begitu ada tumbal loo."

Si ibu W ini bilang, " O, begitu y dok? Oh, kalau begitu saya enggak d... "

Di situ saya tersentak, ternyata pasien kecantikan pun bukan orang sehat semua. Di antara mereka ada orang sakit. Ya, saya garis bawahi kata orang sakit! Yang sakit bukan fisiknya, tapi kejiwaannya. Dan memang, sepulangnya si ibu W ini, saya merenungkan ... iya y, banyak juga pasien saya yang memang mencari saya karena ada masalah dengan pasangan hidupnya. Mulai dari suaminya menikah lagi, ditolak suaminya, ada juga yang udah cerai 2x dan mencari suami ketiga.

Dari mereka semua, saya melihat ada satu pola .. Rasa ingin dicintai ... Rasa kesepian ...

Disitu saya baru "melihat", mereka pun merupakan pasien kejiwaan juga. Sebagai dokter kecantikan, memang tugas saya untuk membuat pasien kembali terawat (dalam arti yang kusam dicerahkan, yang jerawatan dibikin supaya mukanya mulus, yang tua dikurangi kerutannya, dll) .. tapi saya merasa tidak hanya di situ saja. Saya juga menjadi pendengar bagi masalah mereka, karena dokter kecantikan adalah profesi dalam kedokteran dimana kita bisa menganggap pasien sebagai teman curhat dan teman biasa. Mereka pun tidak merasa segan untuk curhat ke saya, karena sudah mengenal saya setelah beberapa kali datang ke tempat saya untuk melakukan treatment.

Saya sebagai dokter kecantikan tidak bisa menjadi jawaban permasalahan mereka, tapi bisa mensupport mereka supaya setidaknya jangan mencari jalan pintas (seperti si ibu W), bisa memberi saran yang  membantu, dan terlebih lagi, memberikan rasa percaya diri sehingga mereka sadar, mereka sudah utuh (complete) dan bisa berdiri dengan tegar biarpun pasangan hidupnya tidak mensupport mereka.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar

C'mon! I ' m waiting your response ... /(^o^)/ /(^o^)/ /(^o^)/