Kamis, 07 November 2013

Gada dan Tongkatnya Tuhan

Kira-kira sebulan lalu, ada khotbah yang masih saya ingat sampai sekarang, biarpun hanya 1 ayat dan penjelasannya. Ini ayatnya :

Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya,  sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku.
(Mazmur 23 : 4)
Ini ayat terkenaall banget-bangetan. Bahkan ini adalah salah satu konteks pasal yang saya ingat. Tapi saat pendetanya berkhotbah, ada pemahaman baru yang saya dapatkan. 


Lembah kekelaman
Dulu saya selalu menganggap lembah kekelaman yang dimaksud Daud adalah ketika dia dalam bahaya maut. Ketika dia dalam keadaan dikejar-kejar untuk dibunuh. Namun hari itu, saya mendapat penjelasan bahwa lembah kekelaman itu bisa juga ditafsirkan sebagai lembah yang gelap sekali. Lembah dimana tidak ada cahaya matahari masuk karena berada di antara tebing. 

Ketika melewati lembah demikian, seorang gembala dan domba-dombanya tidak bisa melihat sama sekali. Mereka buta. Namun ada perbedaan di antara mereka. Gembala tahu kemana mereka harus melangkah. Domba tidak tahu. Namun bagaimana untuk mengarahkan domba-dombanya, karena domba itu tidak mengerti bahasa manusia? Digunakanlah tongkat dan gada ... 

Tongkat 
Sebelumnya, saya ingin menjelaskan keadaan rohani saya akhir-akhir ini

Saya sudah bisa dibilang hampir keluar dari gereja tempat saya dibesarkan, dan pindah ke gereja baru. Alasannya? Bisa dibaca di sini dan di sini ...

Di gereja baru pun saya kadang masih suka malas. Bolos sana-sini. Kalau macet (sekarang weekend Bogor macetnya gak kira-kira), hujan (makin ke sini makin sering hujan), udah d .. saya pasti gak ke gereja.

Anehnya, pada minggu-minggu tertentu ada dorongan supaya saya datang ke gereja. Dan dorongan itu diikuti dengan dukungan alam semesta. Entah tau-tau jalan sepi pas saya mau berangkat (padahal sejam sebelumnya macet total), hujan yang gak turun (padahal udah mendung dan petirnya dah bunyi di sana-sini), ataupun hujan yang angot-angotan (turun hujan gede, tapi pas lagi siap2 ke gereja, eh hujannya jadi mengecil dan berhenti selama saya dalam perjalanan). Dan kesimpulan saya dari peristiwa itu, ada yang ingin Tuhan ajarkan pada saya. Entah itu pemahaman akan hal baru, teguran, bahkan motivasi.

Hari itu saya menyadari, itu adalah tongkatnya Tuhan.Tongkat gembala di lembah kekelaman dipakai dengan cara digetok ke pantat dombanya.Bukan untuk membuat dombanya sakit, tapi untuk membuat dombanya menyadari, bahwa gembalanya masih berada di dekatnya.

Begitupun dengan tongkatnya Tuhan. Tongkat Tuhan membuat saya menyadari, Tuhan masih ada bersama saya. Saya tidak ditinggalkan sendirian.

Gada 
Sampai sekarang, saya tidak tahu bentuk gada seperti apa. Barusan saya googling untuk melihat gambarnya, tapi masih ragu-ragu .. apa bener ini gada yang dimaksud dalam Mazmur.

Pendetanya juga tidak menjelaskan seperti apa bentuknya, tapi satu hal ... Gada itu berbunyi keras. Fungsi dari gada itu untuk dipukul ke dinding tebing sekitarnya untuk mengarahkan jalan. Domba akan tahu jalannya ke mana dari bunyi gada yang dipukul.

Dalam kehidupan kita, gada itu bisa berupa celetukan dari keluarga, kejadian-kejadian yang mengajarkan kita, maupun teguran dari teman. Banyak sekali cara gada itu bisa bekerja.

Sejauh ini seh, saya juga merasa mendapat gadanya Tuhan. Tapi kok rasanya tongkat Tuhan mah jelas, tapi suara gadanya masih agak kabur? Saya masih merasa ga yakin akan beberapa jalan yang saya tempuh ...

Tapi gak mau musingin juga. Berdoa mah tetep, tapi sekarang mah kerjain aja apa yang saya .. Biar bisa jadi berkat buat orang lain .. :)






Tidak ada komentar:

Posting Komentar

C'mon! I ' m waiting your response ... /(^o^)/ /(^o^)/ /(^o^)/