Banyak teman saya bertanya, mengapa memilih Lombok? Mengapa tidak keluar negeri saja? Toh biayanya sama saja. Laa, orang bule aja bela-belain kemari biarpun jauh, nah kita yang orang Indo? Mengapa tidak menikmati alam kita sendiri? Apalagi bahasanya sama (bahasa itu merupakan salah satu faktor vital dalam travelling), mata uangnya sama (gak pake ribet ngitung dll), dan prinsip : nyasar sekalipun, masih di Indo ini. Pasti bakal bisa balik .. , ditambah lagi alamnya super indah. Kurang sempurna apa lagi?
Selain itu, salah satu impian saya sejak bersnorkeling di Karimunjawa (pengalaman yang tidak mungkin terlupakan), adalah melakukan snorkeling lagi. Waktu itu, ada 2 pilihan : Derawan atau Lombok. Menimbang-nimbang, akhirnya saya memilih Lombok. Pertimbangan saya :
- Lombok lebih murah dan lengkap, karena sudah ‘terjamah’ apalagi oleh para bule. Penerbangan, transportasi daratnya, akomodasi, dll nya ... sudah lengkap dan karena begitu banyaknya, harga pun bersaing!
- Lombok lebih mudah dalam informasi; sudah banyak review dari blog, forum backpacker, website tentang Lombok yang menurut saya sangat lengkap asal kita rajin mencari dari berbagai sumber.Ini salah satu kegiatan travelling by my own perdana saya, jadi kita mulai dari step yang mudah dulu.
Akhirnya sudah ditetapkan tujuan travelling : Lombok. Mulai mencari teman-teman seperjuangan yang mau bersusah bareng backpacker. Namun, kebanyakan orang Indo teman saya itu, entah kenapa, lebih suka ke luar negeri. Apa karena lebih keren di foto? Jadilah saya pergi hanya berdua dengan sobat saya. Yup, semacam honeymoon, but with my friend.
Yuk, ikuti jejak diri saya selama di Lombok
Hari 1 : Terbang Jakarta- Bali-Lombok
Kami naik pesawat Garuda dari Jakarta- Bali- Lombok. Transit di Bali agak lama, 4 jam. Jadi hari itu temanya adalah menunggu dan menunggu. Namanya juga ambil yang lagi promo, jadi begini d .. Saran saya, sebisa mungkin sebenarnya memilih penerbangan yang gak transit tapi promo (siapa tahu ada). Selama transit 4 jam itu, saya dan teman udah gak tau mau ngapain lagi. Udah berkeliaran di Bandara Bali sampai rasanya bosen banget. Makan di sana, minum Starbuck, beli ini… hehe ..Setelah mati gaya, terbang juga kami ke Lombok. Ok, saatnya adventure dimulai. Penerbangan Bali-Lombok hanya 15 menit, jadi rasanya pesawatnya gak terasa sedang 'jalan'. Tau-tau udah sampai.
Sampai juga di Lombok setelah seharian menunggu |
Dari airport naik bus Damri sampai ke hotel. Sekitar 1 jam kami menikmati pemandangan Lombok di malam hari. Rata-rata sama seperti pulau Jawa (padang rumput hijau, pohon pisang dan pepaya di mana-mana), cuma ya karena malam hari, daya pandang kami pun terbatas.
Bus Damri ini benar-benar sepi. Selain saya dan teman, hanya ada 2 penumpang lain. Bahkan supirnya pun kelihatannya agak takut karena saya dan teman meyelimuti diri dengan kain bali yang kebetulan berwarna putih. Dingin boo! Supir busnya mungkin waswas, takutnya yang diangkut bukan manusia.
Sampai di Hotel Sunset House, check in dan langsung mencari makanan. Perut lapar abis. Kebetulan saya sudah membaca review tentang Café Alberto yang dikelola oleh orang Italia asli dan menawarkan masakan Italia asli (bukan seperti Pizza Hut dll), jadi kepincut d .. Nanya letaknya di resepsionis, ternyata hanya berjarak beberapa blok dari Sunset House. Jalan kaki kurang lebih 3 menit, sampailah di Café Alberto.
Ya ampun, gak nyesel ke sini. Suasanya seperti di Jimbaran versi mini dengan meja kayu dan lilin di pinggir pantai, tapi yang ini jauh lebih sepi. Suasananya jauh lebih nyaman daripada Jimbaran yang sudah crowded sekarang ini. Dan music satu-satunya hanyalah bunyi ombak.
Diambil dari http://images.travelpod.com |
Makanannya recommended kok. Spinach raviolinya enaakk, pizzanya tipis dan lebih kuat rasa tomatnya dibandingkan pizza di Indonesia. Coba-coba minuman cocktail di sini. Haha .. lumayan high juga, Cuma jelas jangan sampai mabok dong di daerah orang.
Sehabis makan, berjalan menyusuri pantai untuk kembali ke Sunset House. Ternyata penginapan ini langsung menuju pantai, tanpa ada sekat pemisah. Jadi bisa berjemur di pinggir pantai tanpa dipisahkan oleh jalanan.
Turun dari dek, langsung deh bisa berjaalan ke pantai (lihat backgroundnya) |
Hari 2 : Explore Lombok Beach
Pagi-pagi menikmati kolam renang hotel dahulu. Dilanjutkan breakfast di hotel. Breakfastnya bukan prasmanan. Ada menu dengan beberapa pilihan breakfast, lalu tinggal memesan salah satu pilihan. Ada nasi goreng, mie goreng, pancake dengan maple syrup, bubur, French toast. Soal rasa seh standar hotel ya ..Jadwal lumayan padat ne hari ini. Mobil sewaan datang jam 8 pagi, mulailah kami mengeksplor Lombok. Untuk hari ini, tujuannya adalah pantai-pantai. Mulailah kami menelusuri pantai di pesisir utara Lombok. Sebenarnya, untuk berwisata di Lombok agak bingung. Waktu terbatas, tapi begitu banyak tempat bagus untuk dikunjungi.
Nah, waktu itu saya memiliki 2 pilihan, ke pantai atau ke gunung. Kalau snorkeling kan sudah dipenuhi di Gili Trawangan. Teman saya, dan saya males trekking ke gunung, jadinya memilih menyusuri pantai. Pantai Aan, Pantai Tanjung, Pantai Mandalika.
Setengah hari, terus balik ke kota Lombok. Mencoba makan ayam Taliwang di salah satu restoran yang direkomendasikan oleh teman saya.(tapi lupa namanya) Suasana restonya seperti resto Sunda. Beberapa lahan dijadikan sawah di tengah resto; ada bangunan utama, sementara lesehan berada di sekitar sawah dan terbuat dari bambu.
Dari situ, mencari oleh-oleh ke sana kemari. Oleh-oleh Lombok tidak ada yang khas. Mutiara rasanya tidak saya suka, sementara makanannya hanya berupa permen buah-buahan, dodol buah beraneka macam, dll.
Tadinya sore saya dan teman mau spa. Melihat review di Trip Advisor soal Puri Mas Spa, kok rasanya menarik hati y? Akhirnya mencari-cari dimana tempatnya, mau langsung on d spot. Tempatnya ternyata masuk ke gang dan agak dalam. Melewati jalanan super jelek dan dikelilingi sawah n hutan di sepanjang jalan. Rasanya hampir hopeless, tapi tahu-tahu muncullah bangunan itu di sisi kanan jalan. Gerbangnya super besar dan tidak mungkin melongok ke dalam.
Begitu gerbang dibuka, OMG. OMG! Bagusss sekali. Seakan berada di dalam keraton Jawa tapi versi mini. Dekor bangunannya campuran antara Jawa dan Bali. Suasana Jawa terasa dari pemakaian kayu pada setiap perabotannya, sementara suasana Bali terasa dari patung yang dilingkari kain warna hitam-putih (seperti yang sering kita lihat di Bali). Dengar-dengar, pemiliknya adalah orang Belanda. Suasana asri pun terasa dari pepohonan dan tanaman rimbun di sekeliling resortnya.Ada beberapa hewan eksotis di kandang-kandang besar (merak, kasuari, dan rasanya ada cendrawasih). Jangan harap bisa masuk sembarangan, karena dijaga oleh anjing pitbull dan anjing golden retriever. Makin ingin spa di sana, tapi ternyata spanya harus booking satu hari sebelumnya. Jadi hanya melihat-lihat saja deh.
Sorenya kami habiskan di hotel sambil packing dan beres-beres. Kami menikmati lesehan di tepi hotel yang menghadap ke laut, bersantai sambil membaca ebook dan menikmati udara laut serta debur ombak. No dinner malam itu karena sudah kenyang sekali.
Hari 3 : Snorkeling di Gili Trawangan.
Hari ini kami akan pindah ke pulau Gili Trawangan, yang sangat terkenal di manca negara. Pagi-pagi (jam 7) kami sudah check out, karena mau mengejar public snorkeling di Gili Trawangan yang dimulai jam 10-11. Awalnya kami memilih mobil sewaan dengan biaya Rp 150.000 dari hotel ke pelabuhan Gili Trawangan untuk menyeberang ke Gili Trawangan, tetapi mobil nya tidak datang. Y sudah d, naik taksi k sana. Dan bersyukur banget, costnya lebih murah. Jauh!Sampai di sana, pukul 09.00 kami sudah sampai di pulau Gili. Tau gak rasanya seperti apa? Ok, gak ada 'rasa' dan 'bau' Indonesia nya sama sekali. Saya seakan tersesat di pulau asing yang penuh dengan bule semua. Cuma penduduk local dan bule di mana-mana. Bahasa utama bukan lagi Indonesia, tetapi bahasa Inggris.
Hal pertama yang kami lakukan adalah mencari public snorkeling. Dari pelabuhan, berjalan ke arah kiri, menemukan kios yang bertuliskan menjajakan public snorkeling. Tanpa ba bi bu langsung kami mendaftar, karena masih ada tugas untuk check in dengan koper yang kami bawa. Membayar Rp 120.000 (sudah ditawar tapi tidak bisa), termasuk peralatan snorkeling, life jacket, dll. Dan mendapat makan siang gratis di salah satu pulau (Gili Meno/Gili Air).
Lega hati saya. Dari tadi saya sangat panic untuk menyeberang karena tidak mau ketinggalan acara public snorkeling ini, karena hanya 1x sehari, sementara planning kami di Gili hanya 1 malam, karena esoknya kami sudah bertolak ke Bali.
Check in dahulu di hotel. Teman saya memilih Tir Na Nog, dan setelah check in, siap-siap untuk snorkeling. Horeee.. snorkeling lagi! Sudah kangen dengan snorkeling sejak dari Karimunjawa. Langsung ke tempat pertemuannya. 23 orang yang ikut snorkeling, dan hampir 15 orangnya adalah bule. Pada berani, karena hanya saya dan teman yang meminta life jacket. Sisanya ada orang Indo, atau orang Jepang/Korea/Cina.
Mulailah menaiki kapal. Kami menyusuri 3 spot snorkeling. Makin ke spot, makin bagus terumbu karangnya dan pemandangan lautnya. Sebenarnya, sempet deg-degan karena membaca dari review orang-orang, harus berenang dahulu sejauh ratusan meter di spot kedua, lalu baru bisa menikmati pemandangan laut yang indah. Tapi berenang dahulu itu tidak ada kok. Kata teman saya, mungkin dilewati karena kondisi yang tidak memungkinkan
Public snorkeling selesai kira-kira pukul 16.00. Masih banyak waktu tersisa bagi kita-kita yang menginap kan? Mulailah kami menelusuri pulau tersebut. Melihat sana-sini, masuk gang-gang, saking keponya. Ternyata buanyaak banget hostel dan homestay di gang-gang tersembunyi. Sekali-sekali kami lihat bule keluar dari homestay tersebut dengan mengendarai sepeda (ya, di gili Trawangan kendaraan yang diperbolehkan hanya dokar, sepeda, dan .. kaki). Kebijakan yang bagus, untuk mengurangi keruwetan akibat mobil n motor akibat pulaunya memang kecl sekali, dan no polusi juga.
Menelusuri makin dalam, eh. .. ternyata ada jalanan setapak menuju ke hutan kecil...
Dari balik hutan kecil, muncullah kami di sisi lain pulau ... Kami sekarang berada di sebuah tebing melandai, langsung mengarah ke pantai dan laut dangkal. Ada gazebo luas dari batu dengan pemandangan ke arah matahari terbenam. Rupanya ini sunset point Gili Trawangan ..
Duduk-duduk di gazebo, menikmati sejuknya udara sore. Kalau ke Lombok, rasanya kenyang deh dengan suasana laut yang jernih dan bersih. Bisa turun ke pantai dan berjalan-jalan di laut dangkal. Puas menikmati udara sore dan menyaksikan sunset (sunsetnya seh biasa saja, sama seperti di Carita atau Pelabuhan Ratu), kembali ke daerah hotel melewati jalan lain ... Rupanya ada dua jalan menuju sunset point; satu dari jalanan hutan, satu lagi dari jalanan setapak tepi pantai yang sudah dilapisi aspal. Enakan jalan setapaklah, tapi kalau memang ingin mencari suasana lain, jalan hutan cukup menantang.
Malamnya, kami menikmati minuman beralkohol di salah satu gazebo tepi pantai. Di situ gak perlu pusing memilih minuman keras, karena rata-rata yang ditawarkan dan harganya mirip2. Yang pasti, minuman keras diperbolehkan oleh kepala adatnya, jadi harganya murah banget. Hanya hati-hati saja ada minuman oplosan. Kalau mau pesta minuman keras, Gili Trawangan bisa jadi pilihan. Cuma tetap saja, harus bisa tahu batas dan jangan sampai mabuk di daerah orang.
Konon, di Gili itu setiap malam ada party dan area dugem. Hanya saja, kami anak lugu ini memilih tidur jam 10 malam, dan tidak kedengaran tuh suara party dari hotel kami. Entah kami yang memang pelor, budeg saking kecapean, atau memang malam itu party ada di sisi lain pulau, atau tidak ada party sama sekali.
Hari 4 : Menyusuri Laut Gili Trawangan- Bali
Hari ke 4, yang paling diingat adalah breakfast nya. Bukan makanannya yang enak, tapi suasananya. Soale resto untuk breakfast di Tir Na Nog dibangun benar-benar di tepi pantai, jadi kalau duduk di ujung, seakan kita berada di tengah laut karena ombaknya sampai di bawah tempat kita makan.Habis itu, gak ada kerjaan. Menunggu pemberangkatan kapal Marina Srikandi jam 12.00, sementara masih ada waktu 2 jam. Ngapa-ngapain tanggung. Ya sudah, keliling sambil coba cari makan sana sini. Mencoba es krim Gelato yang memiliki beraneka ragam rasa (tidak hanya coklat, vanila, strawberry).
Jam 12. Kami check out dari hotel, berjalan menuju meeting point Marina Srikandi. Menunggu tetek bengek dll, kurang lebih 1/2 -1 jam. Berangkatlah kami dengan kapal Marina Srikandi. Lama perjalanan kurang lebih 1,5 jam. Termasuk cepat juga. Tidak ada yang istimewa, hanya saja kapalnya termasuk ok kok. Bersih, ada ac, tempat duduk juga lapang, dapat aqua pula. Kerjaan di kapal hanyalah tidur, karena saat kami berlayar hujan rintik. Mau berdiri di atas dek kapal juga percuma, malah nanti bisa masuk angin. Untuk naik Marina Srikandi, selain dari pulau Gili Trawangan, bisa juga dari pelabuhan Bangsal (untuk orang yang dar/ pergi ke area Senggigi, Mangsit)
Sampai di pelabuhan Bali, kami ikut shuttle mobil (sudah disediakan pihak Marina Srikandi) ke Kuta. Di Kuta, kami tinggal di Tune Hotel. Budget hotel yang pernah saya tinggali sewaktu terakhir kali ke Bali dengan keluarga.
Sore hari kami habiskan dengan spa dengan voucher yang kami beli di Living Social. Suma Spa di Hotel Fontana. Satu kata untuk Suma Spa .. mewah. Kami dibawa ke rooftop hotel Fotana, dan di situ ada hanging garden, mengelilingi suatu bangunan. Di tengah bangunan itu sendiri ada air mancur dan beberapa dibatasi dengan taman. Resepsionis menyambut dan sebelumnya mengisi kuisioner yang seperti anamnesa, lalu memilih minyak massage nya.
Semua pre spa sudah beres, kami diajak masuk ke ruang spa. Cukup luas, dengan dua ranjang massage, dua sofa single, bathtub dan shower dalam kamar. Ada kamar single, ada kamar untuk couple. Kami memilih kamar untuk couple karena teman saya ingin ditemani. Ok, no problem.
Proses spa juga professional. Pijitannya terasa lumayan, hanya saja saya merasa kurang cocok. Lebih suka ke tempat langganan saya di Bogor. Mungkin karena sudah terbiasa jadinya lebih familiar y. Di Suma Spa kurang lama dan rasanya kurang bertenaga gitu.
Hari 5 : Water Boom Bali
Hari ini saatnya kami bermain air di Water Boom. Katanya, ini satu-satunya water boom di Indonesia yang bertaraf internasional. Teman saya tahu letak Water Boom ini, karena dia sudah pernah ke sana sebelumnya.Enaknya di Tune Hotel Kuta adalah letaknya yang strategis, jadi kemana-mana sungguh mudah. Saat kami bertanya arah Water Boom Bali, langsung diberi petunjuk arah dan dibekali peta oleh Tune Hotel. Hoho ... Makin lengkap perlengkapan kami untuk berputar-putar di Kuta.
Untuk ke Water Boom Bali, kami tinggal berjalan kaki dari Tune Hotels. Di tengah jalan, kami mencoba makan di Flapjacks. Spesialis pancake, tapi beberapa menu lain ada kok. Recomended! Tiket masuknya kurang lebih Rp 200-300 ribu, tapi karena ada boarding pass Garuda dan member GFF (Garuda Frequent Flyer), pas diskon 15 persen. Lumayan2 …
Pas masuk, langsung kerasa… emang standar internasional. Bagus! Lebih banyak bule nya di situ. Permainan kurang lebih 12. Satu tower dipakai untuk 4 perosotan, dan secara keseluruhan, saya menikmati bermain adrenalin di water park. Karena air, bawaannya lebih ngerasa aman dibandingkan roller coaster atau sejenisnya. Fluktuasi turunnya gak terlalu drastic dan gak bakal sampai terpental. Ada dua yang cukup menantang
Boomerang. Terjun awalny seh biasa. Berliku-liku mengikuti perosotan. Di perosotan terakhir, agak curam juga terjunnya, tapi bukan itu atraksi utamanya. Setelah terjun, kita akan terdorong mengikuti perosotan dengan derajat hampir 90% dalam posisi hampir terbalik. Kalau lihat langsung, pasti agak jiper. Tapi saat sudah dicoba, seruu .. Ketinggian perosotan hanya terasa dua detik, dan habis itu turun lagi. Tentunya takut kebalik saat menaiki perosotan itu.
Climax. Kita naik ke atas perosotan, dimasukkan ke dalamt tabung, pada hitungan ke 3 tabung terbuka dan kita terjun bebas dalam perosotan dengan derajat 90, lalu 'dilempar' melalui perosotan sebelum keluar dan selesai. Woaaa ... benar-benar memacu adrenalin d...
Enaknya, ada Lazy River. Jadi kita mengikuti arus sungai buatan dengan ban sambil bermalas-malasan. Di sepanjang sungai terasa teduh karena pepohonan rindang dan terkadang ada pancuran air membasahi. Saya she, jelas paling suka di Lazy River.Santai boo ..
Pulang dari Water Boom, ketemu pasar baju lokal di Kuta. Letaknya persis di seberang hotel Jayakarta. Tadinya kami mau ke Khrisna, tapi ternyata di situ ada beberapa dress dengan harga Rp 25.000 – Rp 40.000. Langsung kalap saya dan teman d sana. Beli ini beli itu. Hiasan rambut, oleh-oleh, paling banyak beli dress pantai dan kain Bali. Memang di Bali aneka oleh-oleh lebih beragam, mulai dari pia, minyak aromaterapi, lulur bali, kain Bali, jepitan rambut bunga kamboja, gantungan kunci, dll.
Malamnya, kami makan di Warung Made. Tahu restoran ini hanya karena lagi jalan-jalan dan melihat, kok suasana warungnya cozy juga ya? Mencobalah makan di sana. Enak kok! Makan pork dengan mencoba Hatten (Bali) wine. Huee .. rasanya mirip seperti bir. Saya lebih suka wine yang asli.
Hari 6 : Terbang Bali-Jakarta
Paginya, kami menikmati suasana pantai di Kuta. Y iyalah, masa dari pertama kami di Bali tidak pernah menginjakkan kaki di pantai Kuta Bali yang terkenal itu? Di sana, membuat nail art di kaki. Setelah itu, teman saya mengurusi kerjaan, sementara saya pijit lagi. Yeah, I ‘m massage freak! Di salah satu salon depan Tune Hotel. Banyak banget salon di Kuta yang menawarkan pijit. Di sini, saya mengambil Shiatsu Massage. Y ampun, saya lebih suka di sini. Enakkk .. Pegel-pegel rasanya hilang. Harganya juga cukup murah untuk shiatsu. Rp 70.000/ 90 menit.Selesailah liburan saya kali ini. Saatnya pulang. Balik ke kerjaan. Tapi liburan Lombok ini, sama seperti Karimunjawa, juga sangat berkesan untuk saya.
Semoga tercapai cita-cita saya keliling Indonesia .. :D
PS : O y, bagi yang ingin tahu detail soal transportasi, akomodasi, atraksi wisata di Lombok dan ingin tahu soal reviewnya, dapat membuka tulisan saya yang lain (Travelling ‘Hemat tapi Puas’ di Lombok)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
C'mon! I ' m waiting your response ... /(^o^)/ /(^o^)/ /(^o^)/