Perjalanan kali ini diawali dengan surprise dan kehebohan yang bikin panik. Kami ketinggalan bus Damri! Memang janjian ketemu dengan teman seperjalanan jam 9.00 pm di Damri Bogor, dengan asumsi bus Damri ada sampai jam 11. Perkiraan perjalanan Bogor- Bandara Soekarno Hatta adalah satu setengah jam, pesawat take off jam 1 malam. Spare waktu kurang lebih 2 jam untuk ‘tetek bengek di luar dugaan’.
Ternyata oh ternyata … ‘tetek bengek di luar dugaan’ itu sudah ada di awal perjalanan. Damri Bogor hanya beroperasi sampai jam 9.00. Masih sempat naik dong? Sayangnya, kami ketinggalan hanya 10 menit dari bus terakhir (yang jam 9 itu).
Paniklah kami. Gimana ini? Makin panik saat dikerumuni tukang taksi gelap yang nawar tapi setengah maksa. Emosi dan panic sudah bercampur aduk, saya lampiaskan ke tukang taksi dengan teriakan. Untung, mereka langsung mundur. Tentunya disertai sindiran dll.
Tentunya takut lah menaiki taksi gelap. Jangan-jangan di tengah jalan dipalak. Masih untung dipalak, belum lagi kalau diturunin tengah jalan dan kopernya diangkut semua. Memang saya belum pernah mencoba taksi gelap itu, tapi kalau tidak jelas, saya tidak mau.
Kebetulan saya teringat ucapan nyokap yang pernah naik taksi Blue Bird dari mall Botani, yang untungnya, bersebelahan persis dengan Damri. Sambil menggerek koper (untung banget, koper kami semua hanya 1 biji, jadi gak rempong-rempong banget), kami berjalan menuju mall Botani. Berjalan kaki sedikit, kami mencari poll taksi Blue Bird. Bertanya ke satpam, disuruh ke depan hotel Santika. Biasanya taksi Blue Bird mangkal di sana.
Pas sampai depan hotel Santika, tidak ada taksi Blue Bird satupun. Ampun, bikin stress aja! Udah mulai takut ketinggalan pesawat. Untung ada seorang bell boy di situ, dan dari hasil tanya-menanya, si bell boy ini bersedia bantu mencarikan taksi. Dan…. datanglah si bell boy .. bersama taksinya … Horeee!
Jam setengah sepuluh lebih, kami berangkat dari Bogor. Perjalanan (untungnya) seperti yang kami perkirakan, tanpa kemacetan. Padahal tukang taksinya bilang tadi sore masih macet; dia kena 4 jam di jalan Jakarta-Bogor. Ya, masa ketinggalan bus Damri, kudu ditimpa kemacetan juga?
Jam 11 kami sampai di Terminal 3 untuk naik Mandala Airways. Check in, koper tidak masuk bagasi, pemeriksaan imigrasi … semua tanpa kesulitan berarti. Semua toko di bandara sudah tutup jadi tidak bisa window shopping. Namun mata masih melek karena adrenalin sudah terpacu saat ketinggalan bus Damri. Kurang lebih 30 menit sebelum jadwal keberangkatan, kami dipersilakan masuk pesawat. Oh ya, saya menelan Antimo karena menurut pengalaman seorang pasien, turbulensi pesawatnya cukup untuk membuat mabok. Dengan Antimo, saya akan teler selama perjalanan, jadi tidak perlu takut dilanda mabuk udara.
Ok, saatnya take off dan melihat Hongkong kurang dari 6 jam lagi ..
Tips Akhir Hari :
- untuk Mandala Air yang berkolaborasi dengan Tiger Airways, perlu banget diperhatikan kode pesawatnya : TR atau RI. Biarpun cuma dua kata, itu bisa menjadi penyebab kita ketinggalan pesawat ataupun membuang uang percuma untuk ke terminal yang benar. Pasalnya, RI itu naik dari Terminal 3, sementara TR naik dari Terminal 2D. Saya mengalami sendiri yang namanya salah terminal sewaktu berangkat ke Singapore Agustus tahun lalu. Saya turun di Terminal 3, padahal pemberangkatan dari Terminal 2.
- Antimo adalah 'drug of choice' untuk setiap perjalanan. Bagi yang memiliki kecenderungan mabuk laut, mabuk udara, mabuk darat, mabuk segalanya, Antimo bisa dibilang obat dewa .. asal diminum 30 menit sebelum naik kendaraan ... dijamin langsung teler sepanjang perjalanan.
O y, ini itinerary saya selama di Hongkong- Shenzhen- Macau … Tabel itinerary ini dapat diunduh di sini ..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
C'mon! I ' m waiting your response ... /(^o^)/ /(^o^)/ /(^o^)/