Senin, 09 Februari 2015

Grow your Character First before Grow your Rich!

Seorang teman cowok pernah bilang begini sama saya, "Sapa seh yang gak mau sama elu, Cin? Udah dokter, udah bisa beli mobil sendiri, etc .. a etc .. " yang menyebutkan semua pencapaian saya dalam hidup, tapi semua dinilai dari sisi materi dan gelar.

Saat dengar kata tersebut, dalam hati agak sedikit terangkat. Tapi setelah dipikir jauh lebih dalam, sejujurnya jadi merasa terhina. Dalam otak saya, hmm .. kalau gitu seorang cowo mau sama saya karena ngeliat mobil saya? Ngeliat titel saya 'dr'? Ngeliat seberapa kaya saya? Bukan karena diri saya?



Kalau seorang cowok bilang, "Iya, gue mau sama elu karena elu tuh anak Tuhan, cinta sama Tuhan, berusaha untuk belajar terus dari kesalahan, ga pernah nyerah, sederhana, gak macem-macem, dll ... " karena melihat karakter dan kepribadian saya, tentu saya akan jauh lebih senang. Of course, tentu banyak karakter dan kepribadian yang masih kurang bagus, tapi jika seorang cowok bilang, "Ya ga pa-pa, kita bisa sama-sama belajar supaya menjadi yang lebih baik bagi masing-masing,"

YES! That's a big YES!

Dari pengalaman pribadi, kalau seseorang cuma melihat kekayaan dan titel, itu adalah hal yang mudah tersapu ombak, alias mudah lenyap. Saya berasal dari keluarga yang bisa dibilang kaya, tapi dulu. Mobil setiap bulan bisa ganti. Saya ingat, dahulu waktu kecil saya selalu muntah naik mobil karena bau mobil selalu bau baru. Kursinya aja masih diplastikin. Orang tua saya sudah keliling dunia di saat harga tiket pesawat masih dianggap luar biasa mahal. 

Sekarang? Setelah lewat 20 tahun? Selama 4 tahun, saya ngangkot. Orang tua saya tidak bisa membelikan mobil. Kemana-mana naik angkot sebelum bisa punya mobil sendiri. Kekayaan keluarga saya habis, dan orang tua saya kadang pusing nyari uang untuk biaya bulanan. Papa saya harus banting tulang supaya rumah tangga berjalan, sambil berusaha bayar kuliah kedokteran saya dan saudara-saudara saya. Sampai sekarang pun beliau masih bekerja padahal usia sudah lanjut.

BUT, dari keadaan ini, saya bersyukur. Sangat bersyukur. Saya belajar hidup sederhana. Saya belajar sikap pantang menyerah. Saya belajar bahwa untuk mencapai yang diinginkan, kerja keras adalah kuncinya. Saya belajar untuk bertanggung jawab untuk setiap sen yang saya hasilkan.

Di atas semuanya itu, saya merasakan anugrah Tuhan sangat berlimpah. Dia selalu menyediakan dan mencukupkan semua yang saya butuhkan, dengan cara yang tidak pernah saya bayangkan.

Dia tidak memberi kekayaan secara berlimpah, tapi Dia memberi harta yang jauh lebih besar....

Dia memberi kepribadian pantang menyerah pada keluarga saya. Semua keluarga saya pekerja keras. Semuanya tahu rasanya susah dalam ekonomi, sehingga semua berusaha untuk menjadi lebih baik dan banting tulang. Semua keluarga saya juga tahu rasanya berjalan kaki ke sana sini, susahnya mencari klien, bela-belain berkeliling sana sini karena tekad bahwa kami bisa mencapai kehidupan yang lebih baik. Dan karakter yang kami dapat dalam perjuangan kami itu jauh lebih berharga daripada kekayaan, karena kepribadian itu tidak akan lenyap.

Memiliki kekayaan tidaklah salah, tapi hendaknya kekayaan itu efek samping dari kepribadian dan karakter yang bertumbuh.

God bless!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

C'mon! I ' m waiting your response ... /(^o^)/ /(^o^)/ /(^o^)/